Toxic Masculinity dan Cara Membuatnya Lebih Sehat!

Halo, teman-teman! Apa kabar? Semoga sehat dan bahagia ya. Kali ini, saya mau ngobrol-ngobrol tentang sesuatu yang sering jadi bahan perdebatan di media sosial, yaitu toxic masculinity. Apa sih itu toxic masculinity? Kenapa banyak orang yang mengkritiknya? Dan bagaimana kita bisa membuatnya lebih sehat dan positif?

Toxic masculinity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku laki-laki yang dianggap merugikan diri sendiri atau orang lain karena terlalu menekankan sifat maskulin. Misalnya, laki-laki yang merasa harus selalu kuat, berani, dominan, agresif, tidak boleh menangis, tidak boleh menunjukkan emosi, tidak boleh minta bantuan, dan sebagainya. Perilaku ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik laki-laki itu sendiri, maupun bagi orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga, teman, atau pasangan.

Lalu, kenapa banyak orang yang mengkritik toxic masculinity? Karena perilaku ini bisa menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti kekerasan, pelecehan, diskriminasi, bullying, homofobia, misogini, dan lain-lain. Toxic masculinity juga bisa menghambat perkembangan diri laki-laki itu sendiri, karena mereka tidak bisa mengekspresikan diri mereka secara bebas dan autentik. Mereka juga bisa kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang lain, karena mereka merasa harus selalu benar dan tidak mau mendengarkan pendapat yang berbeda.

Nah, bagaimana kita bisa membuat toxic masculinity lebih sehat dan positif? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, baik sebagai laki-laki maupun sebagai orang yang peduli dengan mereka. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kita coba:

  • Sadari bahwa maskulinitas itu bukan sesuatu yang kaku dan baku, melainkan sesuatu yang fleksibel dan beragam. Tidak ada satu standar yang menentukan bagaimana seharusnya laki-laki bersikap atau berperilaku. Setiap laki-laki punya hak untuk menentukan identitas dan ekspresi mereka sendiri, tanpa harus takut dihakimi atau ditolak oleh orang lain.
  • Hargai dan dukung keberagaman maskulinitas. Jangan memaksa atau menghina laki-laki yang memiliki sifat atau minat yang berbeda dari stereotip maskulin. Justru apresiasi dan dukung mereka untuk menjadi diri mereka sendiri. Jangan juga membanding-bandingkan atau bersaing dengan laki-laki lain dalam hal maskulinitas. Setiap laki-laki punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain.
  • Buka diri untuk belajar dan berkembang. Jangan merasa harus tahu segalanya atau bisa melakukan segalanya sendiri. Jangan malu untuk bertanya atau minta bantuan jika membutuhkan. Jangan juga menutup diri dari kritik atau saran yang konstruktif. Jadilah laki-laki yang mau belajar dari pengalaman dan kesalahan, serta mau mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain.
  • Ekspresikan emosi secara sehat. Jangan menahan atau menyembunyikan emosi hanya karena takut dianggap lemah atau tidak maskulin. Emosi adalah hal yang alami dan manusiawi, dan tidak ada salahnya untuk menunjukkannya. Carilah cara yang sehat untuk mengeluarkan emosi, seperti berbicara dengan orang terdekat, menulis jurnal, berolahraga, bermeditasi, atau melakukan hobi. Jangan biarkan emosi menumpuk hingga menjadi stres atau depresi.
  • Bangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Jangan menjalin hubungan berdasarkan kekuasaan atau kekerasan. Jadilah laki-laki yang menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, terutama perempuan dan kelompok minoritas. Jadilah laki-laki yang bisa bekerja sama dan berempati dengan orang lain, tanpa harus merasa terancam atau iri. Jadilah laki-laki yang bisa memberi dan menerima cinta dengan tulus dan saling menguntungkan.

Itulah beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk membuat toxic masculinity lebih sehat dan positif.